MENGENAL ZERO TRUST DI DUNIA KEAMANAN CYBER

ASN Sadar Siber, Zero Trust Architecture (ZTA) adalah pendekatan keamanan yang mengasumsikan bahwa tidak ada yang dapat dipercaya, bahkan pengguna atau sistem internal, dalam jaringan komputer. Dalam konteks ZTA, setiap permintaan harus diotentikasi dan diotorisasi, tidak peduli dari mana asalnya atau di mana itu terjadi di dalam atau di luar jaringan. ZTA membangun model keamanan berdasarkan prinsip "Jangan Percaya, Verifikasi Selalu", yang menekankan perlunya memverifikasi identitas dan otorisasi setiap pengguna dan perangkat sepanjang waktu, bahkan jika mereka berada dalam jaringan internal. Prinsip ini dapat diterapkan di semua instansi pemerintahan yang memiliki komitmen tinggi  didalam pengelolaan keamanan, khususnya pada data, jaringan dan informasi internal lembaga yang perlu di rahasiakan.

 

National Institute of Standards and Technology (NIST) adalah lembaga pemerintah Amerika Serikat yang merilis pedoman dan panduan terkait keamanan, termasuk pedoman untuk mengimplementasikan Zero Trust Architecture. Pedoman NIST membantu organisasi merencanakan, mendesain, dan menerapkan strategi keamanan berbasis ZTA dengan benar.

 

Berikut adalah langkah-langkah dan konsep utama yang dapat Anda temui dalam pedoman NIST terkait Zero Trust Architecture:

 

1. Pemahaman Konteks dan Risiko:

  • Identifikasi Aktiva: Tentukan aktiva yang perlu dilindungi, termasuk data sensitif dan infrastruktur penting.
  • Evaluasi Risiko: Identifikasi potensi ancaman dan risiko yang terkait dengan setiap aktiva.

2. Pembentukan Kebijakan dan Prosedur:

  • Kebijakan Keamanan: Tetapkan kebijakan keamanan yang menggambarkan prinsip Zero Trust dan kriteria akses.
  • Orientasi Pengguna: Fokus pada perlunya mengotentikasi dan mengotorisasi setiap pengguna, perangkat, dan aplikasi.

3. Segmentasi Jaringan:

  • Membagi Jaringan: Bagi jaringan menjadi zona-zona keamanan terisolasi, yang membatasi akses ke sumber daya yang diperlukan.
  • Menggunakan Mikro-segmentasi: Terapkan mikro-segmentasi untuk membatasi akses antar aplikasi dan perangkat.

4. Penggunaan Identifikasi dan Otorisasi yang Kuat:

  • Multi-Faktor Authentication (MFA): Wajibkan pengguna menggunakan MFA untuk memastikan identitas mereka.
  • Role-Based Access Control (RBAC): Gunakan RBAC untuk mengontrol akses berbasis peran dan tanggung jawab pengguna.

5. Pemantauan dan Respons:

  • Pemantauan Real-Time: Implementasikan solusi pemantauan keamanan untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan secara real-time.
  • Respon Cepat: Tentukan prosedur respons cepat untuk menanggapi insiden keamanan yang terdeteksi.

6. Pengelolaan Identitas dan Akses:

  • Manajemen Identitas: Kelola identitas pengguna, perangkat, dan aplikasi dengan solusi identifikasi yang kuat.
  • Rotasi Kunci: Secara teratur rotasi kunci enkripsi dan token akses untuk mengurangi risiko peretasan.

7. Pendidikan dan Kesadaran Pengguna:

  • Pelatihan Keamanan: Berikan pelatihan kepada pengguna tentang praktik keamanan dan risiko yang terkait dengan serangan siber.

8. Evaluasi dan Pengembangan Lanjutan:

  • Evaluasi Keamanan: Lakukan evaluasi keamanan secara teratur untuk memastikan kepatuhan dengan kebijakan dan standar keamanan.
  • Peningkatan Berkelanjutan: Terus tingkatkan strategi ZTA Anda berdasarkan pelajaran dari insiden keamanan dan perubahan dalam lingkungan ancaman.

Dengan mengikuti panduan dan pedoman NIST ini, organisasi dapat membangun model keamanan yang lebih kuat berdasarkan konsep Zero Trust Architecture. Ini membantu mengatasi tantangan keamanan saat ini dengan meminimalkan risiko serangan siber dan melindungi data serta aset penting organisasi. Semoga penjelasan ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang implementasi ZTA berdasarkan pedoman NIST. (vemiadi)